Dumai: Berdasarkan hasil observasi awal pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditemukan sejumlah permasalahan terkait penggunaan instrumen pembelajaran.
Diantaranya, ditemukan permasalahan seperti jarangnya guru melakukan tes diagnostik.
Demikian disampaikan Dr. Erni, M, Pd, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Riau saat memberikan materi pelatihan di SMPN 2 Dumai.
Menurut Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UIR itu, kegiatan pengabdian masyarakat kali ini mengangkat tema penilaian autentik berbasiskan kearifan lokal.
“Hal ini penting dilakukan karena rendahnya pencapaian hasil belajar siswa dalam menentukan dan memahami serta menganalisis struktur dan ciri kebahasan teks pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP,” paparnya.
Dr. Erni, M. Pd bersama Dr. Syofianis, M.Ed didampingi dua orang mahasiswa Catur Setiawan dan Fadillah Fitri.
Dr. Erni, M. Pd bersama serta dua orang mahasiswa Catur Setiawan dan Fadillah Fitri menemukan sejumlah persoalan diantaranya, guru masih menggunakan bentuk teks tradisonal.
“Masih menggunakan teks soal berupa pertanyaan objektif dan tidak menggunakan materi yang bersifat autentik,” sebutnya.
Erni menuturkan, soal yang diberikan belum memenuhi kriteria HOTS.
“Dan minimnya pembekalan bagi guru-guru mengenai penerapan asesmen autentik berbasis cerita rakyat untuk pelajaran Bahasa Indonesia di SMP,” tuturnya.
Pengabdian kepada masyarakat mengusung tema berjudul Pelatihan dan Perancangan Asesmen Autentik Berbasis Kearifan Lokal Cerita Rakyat Melayu pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 2 Dumai.
Kegiatan pelatihan ini kata Erni dilakukan dengan tiga tahapan.
“Tahapan tersebut dimulai dengan observasi terlebih dahulu untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelatihan nantinya,” kata Dosen PBSI UIR itu melalui keterangan tertulisnya kepada www.argoterkini.com Jumat 23 Desember 2022.
Tahapan berikutnya sambung Erni, adalah pelaksanaan pelatihan dengan menyajikan materi pelatihan terkait penilaian autentik berbasiskan kearifan lokal.
“Setelah penyampaian materi, kegiatan pelatihan dilanjutkan dengan latihan merancang instrument asesmen berbasis kearifan lokal dengan memanfaatkan cerita rakyat yang ada di kota Dumai,” sambungnya.
Dr. Erni, M. Pd turut menjabarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama kegiatan pelatihan berlangsung.
“Dapat dinyatakan bahwa guru-guru bahasa Indonesia harus lebih banyak berlatih merancang instrument asesmen autentik yang berbasiskan kearifan lokal.
Menurut Doktor lulusan Universitas Negeri Padang itu menjelaskan, masalah-masalah yang ada di dunia nyata dalam proses pembelajaran sangat menarik untuk didalami.
“Karena pada hakekatnya penilaian autentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah,” tuturnya.
Penilaian autentik sebut Erni, tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
“Dengan dilaksanakannya kegiatan pengabdian masyarakat ini, guru-guru di SMPN 2 Dumai mulai memahami bagaimana merancang instrumen penilaian yang berbasiskan kearifan lokal,” sebutnya.
Kegiatan pengabdian dilaksanakan pada tanggal 9 September 2022 dengan lokasi kegiatan di ruang kelas SMPN 2 Dumai. Kegiatan dimulai dari pukul 08.30 sampai pukul 12.00 WIB. ATC