Maraknya soal koalisi, membelah pertemanan, memecah persatuan dan menyulut timbulnya emosi, sedangkan jika kita telaah arti koalisi sendiri adalah merupakan kerjasama yang bersifat sementara dari beberapa partai untuk mencapai kelebihan suara dalam parlemen/ sebuah tujuan, di mana para peserta koalisi memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
Dari sini saja sudah jelas bahwa koalisi tidak merubah nilai dari mereka yang berpartisipasi, dalam artian, mereka masih tetap memiliki warnanya, pendapatnya, visi dan misinya masing-masing.
Beredarnya spekulasi dan perkiraan akan bergabungnya PSI si anak bawang ke dalam koalisi PS sudah membangkitkan pro dan kontra serta tanggapan negatif, terutama karena partai bocil ini sekarang mempunyai ketua umum yg adalah putra dari Bapak Presiden Joko Widodo.
Sebagian besar simpatisan dan pendukung PSI sudah bersiap” untuk pindah perahu atau bahkan memilih menjadi golput, umumnya mereka yang memilih golput mempunyai keyakinan dan simpati yang mendalam dengan PSI dikarenakan partai ini memerangi intoleransi dan korupsi.
Bukti kerja dan tindakan tujuh puluhan anggota PSI dewan daerah yang terpilih dan menjalankan tugas periode 2019-2024 sudah terdengar suara keras dan pedasnya karena mereka konsisten dengan kedua hal tersebut dalam menjalankan tugasnya.
Mereka berniat menjadi golput dikarenakan gosip yang simpang siur ini , di mana pada waktu yang sama mereka sadar bahwa belum ada partai lain yang berkeyakinan sama dan konsisten seperti halnya PSI.
Kekhawatiran yang dapat kita mengerti , tetapi sebenarnya bila dipikirkan dan di analisa lebih dalam lagi, karena berkoalisi bukanlah berarti merubah nilai-nilai dasar dari para peserta koalisinya.
Jadi tegas dan jelasnya, kemanapun PSI nantinya merapat berkoalisi, sudah dapat dipastikan bahwa PSI akan tetap dan teguh memegang dan mengobarkan nilai anti intoleransi dan anti korupsinya, dengan kata lain eksistensi PSI di dalam, bisa memberikan nilai positif sebagai pengimbang atau pemberi tanda-tanda keras dan bahaya jika nilainya dikesampingkan, meski mungkin juga di sisi lain ini berarti PSI adalah “duri dalam daging” bagi koalisi manapun.
Hingga saat ini kita belum melihat adanya partai yang konsisten untuk melawan intoleransi dan korupsi, terkecuali PSI. Apa yang dilakukan oleh tujuh puluhan anggota PSI yang duduk di DPRD diberbagai daerah adalah bukti nyata yang belum diikuti oleh partai manapun.
Menjadi hal yang sangat logis berdasarkan analisa faktual, jika sebagai pendukung ataupun simpatisan PSI untuk mendukung dan memilih Ganjar Pranowo di pilpres dan PSI di caleg karena keduanya memperjuangkan hal yang sama (anti intoleransi dan korupsi).
Ayo kita tetap bersatu, bertemanan, berkomunikasi dan dengan akal sehat dan hati nurani yang jernih, memilih presiden dan partai yg bisa melanjutkan dan meningkatkan hasil kerja keras pak Joko Widodo, demi untuk generasi yang akan datang dan Indonesia yg adil dan makmur.
Penulis : Pengurus DPP Bravo 28 Ganjar for President.