AKHIRNYA kita mempunyai tiga pasang kandidat yang sudah disahkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), untuk berkontestasi dalam pemilu yang akan dilaksanakan pada 14 Februari 2024.
Tahapan demi tahapan telah dilewati dengan penuh dinamika politik, yang jika diamati sangat dinamis dengan berbagai trik maupun intrik.
Namun yang menarik disini adalah langkah yang diambil Jokowi, karena Jokowi meninggalkan Partai yang selama ini menaunginya.
Banyak yang tidak menduga langkah politik Jokowi sehingga menimbulkan pro kontra, like and dislike maupun berbagai asumsi baik yang normatif sampai dengan asumsi “Nakal” gentayangan di alam pikiran publik.
Jokowi pun seakan mengacuhkan hal tersebut, sementara publik dengan asumsi masing-masing berusaha menerjemahkan dari ruang pikiran yang bermacam-macam.
Fenomena ini menggelitik saya untuk mengetahui apa yang ada dialam pikiran Jokowi, maka saya Troy Evelon Pomalingo (T) berusaha mewawancarai Jokowi (J) dalam bentuk wawancara Imajiner akan sikap politik yang ditampilkan Jokowi diakhir Masa Jabatannya. Berikut Kutipannya :
T : “Apa kabar pak Jokowi?”
J : “Kabar saya baik dan semoga kita semua tetap baik-baik ditengah Situasi Politik yang lagi gaduh“, Jawab Jokowi sambil mempersilahkan saya duduk. Dan setelah mengambil posisi duduk saya kembali melanjutkan pertanyaan.
T : “Saya melihat bapak santai aja dengan situasi kegaduhan politik sekarang, ada apa sih pak?”, Saya langsung beri pertayaan yang menohok karena waktu yang disediakan tidak panjang.
J : “Sambil senyum senyum Jokowi malah bertanya kesaya, “Apakah kamu mengikuti dan mengamati dengan seksama bagaimana perjalanan pemerintahan saya di periode kedua ini?”. (waduh malah Jokowi nanya, gerutu saya dalam hati).
T : “ Kalau yang saya amati, diperiode kedua ini bapak malah tidak fokus dengan visi misi dan program kemasyarakatan, sebab disamping menghadapi masalah Covid lalu bapak disibukkan oleh intrik antar Parpol Koalisi pengusung yang saling jegal dan beradu strategi untuk kepentingan pemilu 2024”, (Saya pun menjawab sekenanya sambil bertanya-tanya dalam hati maksud pertanyaan Jokowi ini).
J : “Apa pendapat kamu jika saya sebagai Presiden akan menggunakan segala macam cara agar visi dan misi saya untuk Rakyat Indonesia terlaksana?”. ( Kok malah Jokowi yang jadi bertanya, hehehe).
T : “Kalau sekiranya itu untuk kepentingan Rakyat maka sebagai Presiden saya setuju bapak menggunakan segala macam cara“. (Jawab saya singkat agar Jokowi segera menjawab pertanyaan saya diatas).
J : “Nah, sekarang saya jawab kenapa sikap saya seperti sekarang ini berangkat dari jawaban kamu. Sebagai presiden yang berasal dari rakyat biasa saya punya ambisi besar untuk merubah nasib rakyat dari yang biasanya makan sehari sekali bisa makan tiga kali sehari, dari yang tidak bisa sekolah dapat bersekolah karena gratis, dari yang tidak pernah ke dokter kalau sakit bisa ke dokter karena semua ditanggung Negara. Ini cita-cita saya paling hakiki, namun tidak bisa terlaksana sepenuhnya karena program yang baik belum tentu baik bagi partai politik. Ataupun kalau dianggap baik campur tangan partai politik sangat kuat dalam pelaksanaanya dan akhirnya terjadi masalah hukum karena diselewengkan oleh pejabat yang notabene juga kader partai.
T : “Tapi ini kan lumrah terjadi pak?”. (Saya memotong pembicaraan Jokowi).
J : “Tunggu dulu ojo kesusu mas, sebagai Presiden saya merasa ada yang tidak beres dan akhirnya saya mulai mencari dimana salahnya, maka membaca semua laporan Intelijen yang berasal dari perangkat Intelijen yang kita miliki saya lakukan, sehingga saya tahu dan bisa menganalisa apa yang terjadi selama ini. Dari sinilah saya rajin menganalisa laporan intelijen sehingga apa yang saya lakukan semua berdasarkan fakta dan kebutuhan dilapangan sesungguhnya.
T : “Jadi dengan kata lain bapak tahu dong semua yang terjadi, tapi kenapa bapak diam?”.
J : “Jokowi menghela nafas panjang dan berkata, “Saya ini produk pemilihan langsung yang dipilih oleh rakyat dan jadi Presiden, tapi kenyataannya partai lebih khusus pemimpin partai merasa merekalah yang membuat saya jadi Presiden, sehingga kadang terjadi pemaksaan kehendak oleh pemimpin partai kepada saya selaku Presiden misalnya usulan dalam mengisi jabatan serta usulan Kebijakan Pemerintah dalam berbagai sektor yang menguntungkan oligarki yang menjadi founder partai politik. Selama ini saya diam namun bukan berarti saya setuju tapi saya menghormati itu sebagai Fatsun politik karena diusung parpol. Saya bukan tidak tahu maksud dan tujuan pemaksaan kehendak, semua itu terang benderang bagi saya dan pada saatnya saya akan ungkap ke publik kalau sekiranya saya anggap perlu kalau kegaduhan ini tidak dihentikan. Makanya saya pernah katakan bahwa saya tahu semua kehendak pemimpin partai karena saya punya data intelijen dari lembaga Negara bahkan dari pemimpin Negara Sahabat karena kita punya kesepakatan kerjasama regional Intelijen. Orang bisa bilang Jokowi perusak demokrasi, Jokowi meneguhkan oligarki, Jokowi inilah itulah saya terima, karena itulah resiko yang harus saya ambil untuk memperjuangkan visi misi kerakyatan yang sesungguhnya. Saya hanya ingin katakan sebagai prolog bahwa saya tahu siapa raja-raja di sektor-sektor yang berbau cuan. Dan nanti saya akan cerita masalah omnibus Law, Revisi Undang-undang KPK, Rancangan Undang-undang perampasan asset dan masih banyak lagi. Nanti kamu wawancarai saya lagi dilain kesempatan“.
T : “Jadi segitu aja jawaban bapak?”. (Saya penasaran sekali kok segini doang jawabannya).
J : “Ya itu aja dulu sebagai prolog agar tidak ada lagi upaya upaya mendesign sesuatu untuk kepentingan saling menjatuhkan, saling sandera masalah hukum, saling mencemooh atau menghina hanya karena perbedaan kepentingan politik. Nggak usah lagi drakor-drakoran karena kalau saya buatkan sinetron true story, atau cerita macam X file banyak pasti yang akan merugi. Mari sama-sama kita bergandeng tangan, menjaga keutuhan bangsa, bertarunglah tentang ide dan gagasan demi menuju Indonesia Emas di tahun 2045 dan saya titip pesan kepada rakyatku bahwa saya tetap Jokowi Presiden yang berasal dari rakyat biasa yang pernah merasakan penggusuran, Bagi saya kepentingan rakyat diatas segalanya”. (Kata jokowi sambil memberi kode paspampres siap-siap).
T : “ Siap pak, terima kasih atas penjelasannya dan saya tunggu undangan bapak untuk wawancara lagi”. (Sambil dalam hati tetap penasaran).
Jokowi pun mempersilahkan saya meminum teh yang disuguhkan sebelum kami berpisah, namun karena masih penasaran gelas saya lepas dari genggaman dan saya kaget ternyata ini hanya mimpi. Heho…. Bersambung.