Argoterkini.com : Proyek payung elektrik Masjid Agung Annur Pekanbaru, masih diterpa hambatan dalam menyelesaikan proyek pekerjaan fisik, pengembangan kawasan Masjid Raya Annur Provinsi Riau tahun anggaran 2022, mulai proses lelang yang digugat di PTUN Pekanbaru, sampai 2 (dua) payung elektrik rusak akibat hujan dan angin kencang.
Bahkan kontraktor pelaksana telah mendapatkan 2 (dua) kali penambahan perpanjangan kontrak, pertama diberikan perpanjangan 50 hari kerja kemudian perpanjangan kedua mendapatkan perpanjangan 40 hari kerja. Seharusnya pekerjaan harus selesai paling lambat pada tanggal 28 Maret 2023.
Pada media Kompas.com, tanggal 27 Maret 2023, memberitakan ada robekan membran pada salah satu payung, dan robekan membran tersebut diperbaiki oleh sejumlah pekerja yang berada di lokasi proyek, dengan cara menyambung membran payung yang robek tersebut, dengan menggunakan perekat dan dibantu alat pemanas.
Kalau memang membran direkat lalu dipanaskan, apakah sama kekuatannya dengan tanpa tambalan, tentu nanti apabila dilakukan project hands over, maka sama saja kontraktor pelaksana menyerahkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan spek pekerjaan kepada user, itu reasoningnya.
Kemudian terkait adanya angin kencang dan hujan lebat hingga membuat 2 (dua) payung elektrik rusak parah, yang jadi pertanyaan apakah dalam spek payung elektrik tersebut tidak dibekali dengan sensor otomatis, yang berfungsi kalau hari sudah gelap payung otomatis tertutup, dan kalau ada hujan dan angin kencang dengan wind speed yang diatur maka payung akan tertutup secara otomatis?? pertanyaannya berikutnya apakah sensor otomatis ada atau tidak dalam spek teknis pekerjaan?
Kalau kerusakan 2 (dua) payung elektrik dianggap sebagai bencana alam (force majeure) maka harus ada pengumuman dari otoritas terkait, misalnya BMKG yang menetapkan Pekanbaru sebagai status bencana badai.
Maka kalau memang kondisi force majeure berupa bencana badai seperti yang dikutip di media Kompas.com dari Ketua Harian Masjid Agung Annur, Zulhendri Rais membenarkan rusaknya dua payung elektrik tersebut. “Ada dua payung elektrik yang rusak.
Karena Sabtu kemarin ada hujan badai dan hujan es di Pekanbaru. Tadi kita lihat orang-orang sudah mulai memperbaikinya. Kita berharap, nantinya tetap bisa kita pakai halaman masjid ini untuk shalat Idul Fitri,” ujar Rais saat diwawancarai wartawan, Senin 27 Maret 2023.
Yang jadi pertanyaan, kalau memang bencana badai terjadi di Kota Pekanbaru pada waktu itu, apakah hanya 2 (dua) payung saja yang rusak ?? mengapa 4 (empat) payung elektrik lainnya sanggup menahan wind speed yang tinggi??
Menjadi pertanyaan pula terkait membran payung diperbaiki oleh pekerja kontraktor pelaksana, kain membran robek diperbaiki dengan cara direkat lalu dipanaskan, apakah ini bisa dikatakan pekerjaan sesuai dengan spek yang diminta?
Apakah membran yang ditambal memiliki kekuatan yang sama dengan membran yang tidak robek? Jadi diperlukan ahli untuk menguji kekuatan, apakah sama kekuatan membran yang robek direkat lalu dipanaskan dibandingkan dengan membran baru tanpa ada robekan?
Apakah nantinya pada saat dilakukan project hands over (pho) membran yang ditambal bisa dikatakan sesuai dengan spek yang diminta?
Kalau melihat PT. Bersinar Jesstive Mandiri adalah pemenang tender “Proyek Pekerjaan Fisik Pengembangan Kawasan Masjid Raya Annur Provinsi Riau Tahun Anggaran 2022, adalah penawar dengan nilai tertinggi dari 7 (tujuh) peserta tender. Seharusnya PT. Bersinar Jesstive Mandiri sebagai kontraktor pelaksana diharapkan melaksanakan pekerjaan tanpa ada keterlambatan alias Excellent.
Namun pada kenyataannya kontraktor pelaksana ini sudah 2 (dua) kali diberi perpanjangan, dan seharusnya sudah selesai pada tanggal 28 Maret 2023.
Bahkan sampai saat ini PT. Bersinar Jesstive Mandiri masih melakukan pengerjaan di luar pekerjaan membran payung elektrik. Ada apa kontraktor pelaksana ini? Apakah ada main mata??
Kita ingin fasilitas payung elektrik yang dibangun dengan mengunakan APBD Riau ini, dikerjakan secara profesional, menjamin mutu pekerjaan dan sesuai dengan aspek keselamatan, mengingat payung electric ini merupakan icon Riau nantinya. Masjid ini rumah ibadah umat Islam, kerjakanlah dengan baik agar terhindar dari permasalahan hukum.
Untuk Kabid Cipta Karya, Thomas Larfo Dimiera untuk bekerja on the track, pastikan membran yang dipasang adalah produk dari Heytex Germany, sebagaimana dukungan principal, terkait membran yang robek direkat lalu dipanaskan (membran tambalan) uji dulu kekuatannya sampaikan ke publik hasilnya, tolong dijaga public trust.
Jadi tidak salah juga kalau dikatakan kontraktor pelaksana “Saved By The Bell”.
Penulis : Budi Candra, SH., MH, Counselor at Law dan Ketua DPC Pemerhati Jurnalis Siber (PJS) Kota Pekanbaru