Ada cacatan menarik yang nyangkut di meja redaksi, yaitu sebuah percakapan WhatsApp antara Pejabat dengan seorang Direktur BUMD yang mungkin saja bisa dipetik sebagai pelajaran bagi kita semua.
Pejabat : “Malam Pak Direktur saya Anggota ****** ****** ******.”
Direktur : “Malam Pak…”
Pejabat : “Pak Direktur ada ponakan saya, dulu pernah kerja di perusahaan Bapak, pas nikah dia berhenti”.
Pejabat : “Maksud saya bantu ponakan kerja di perusahaan bapak lagi ya”.
Pejabat : “Satu laki-laki”.
Direktur : “Mohon maaf pak saat ini belum buka lowongan baru”.
Pejabat : “Waduh atur la satu aja kok Pak Dir…”
Direktur: “Nanti kalau ada buka lowongan saya info ke Bapak ya”.
Begitulah kurang lebih isi percakapan via aplikasi WhatsApp antara seorang Pejabat dengan salah seorang Direktur BUMD.
Miris…seorang pejabat mengemis minta keluarganya masuk menjadi pegawai BUMD, fenomena ini sudah bukan rahasia umum lagi, dalam hal ini kerap terjadi terhadap BUMD, dalam bahasa umumnya sering disebut “orang titipan”.
Orang titipan seperti ini jika diterima biasanya menjadi pegawai yang tidak produktif, karena merasa ada backing di belakangnya. Mulai dari absensi yang bermasalah, tidak bisa kerja, atau kerja semaunya, pilih-pilih tempat dan sebagainya. Enak banget ya jadi keluarga Pejabat, tanpa kompetensi bisa masuk BUMD, lalu kerja seenaknya.
Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa banyak BUMD memliki kinerja buruk. Sehebat apapun pemimpinnya jika ditopang oleh SDM yang bobrok, maka perusahaan itu tidak akan pernah membaik sehingga SDM bobrok seperti inilah yang harus dipangkas.
SDM bobrok bisa disebabkan ulah titipan pejabat-pejabat bobrok, yang hanya mementingkan diri dan keluarganya saja.
Lantas menjadi tanda tanya besar, Anda ini melayani masyarakat atau dengan privilege tersebut hanya melayani keluarga??
Mari kita lihat lagi isi percapakan di atas “waduh atur la satu aja kok pak dir…” eh….. sendal jepit (meniru bahasa pergaulan anak Jakarta-red)
Jadi Bapak minta “atur” tu gimana maksudnya Pak? Pak Pejabat yang Terhormat?? Apa Direktur BUMD diminta merekayasa sesuatu untuk memuluskan hasrat Bapak atau gimana??
Begini Pak Bossku….Satu orang ponakan Bapak YANG TERHORMAT itu perlu digaji, tarohlah UMR Rp. 3 juta, maka dalam satu tahun plus THR kita harus keluarkan Rp. 39 juta, dengan output kinerja yang nggak jelas ya, karena nggak jelas juga kompetensinya cuma ngandalin nitip doang.
Itu setahun, kalau dia kerja 10 tahun taroh lah gaji ngga naik-naik Rp. 3 juta terus, dengan gaji ngga naik aja sebuah BUMD harus mengeluarkan anggaran sebesar 390 juta untuk satu “orang titipan” itu satu, lha…kalau banyak “orang titipan” nya ?? hancurlah BUMD tersebut.
Di satu sisi sebuah BUMD dituntut profesional, dituntut profit, dituntut memiliki layanan yang baik, tapi disisi lain Direkturnya dipressure untuk menerima “orang titipan”.
Marilah kita merenung, berpikir dahulu sebelum bertindak untuk kemajuan bangsa ini. Kepada para Pejabat yang mau titip-titip anak, mantu, ponakan, adik, ipar pikir-pikir dulu Pak/Bu karena tindakan Anda pada ujungnya hanya merusak negeri ini.
Jadilah Pejabat yang arif, bijak, bersih, profesional, bukan pejabat yang memanfaatkan kedudukannya untuk “nitip orang”.
Nah kepada Direktur BUMD jadilah Anda seorang pemberani, tolak SEMUA “orang titipan” yang akan menghancurkan perusahaan yang Anda pimpin, jangan takut kehilangan jabatan, tapi takutlah moralitas anda runtuh, karena memuluskan perilaku pejabat pengkhianat rakyat.