Argoterkini : Masyarakat pejuang zonasi melakukan aksi demo didepan SMA N 8 Pekanbaru. Aksi dimulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB. Masyarakat pejuang zonasi tidak diperkenankan masuk oleh pihak keamanan sekolah dengan alasan tidak diperbolehkan pimpinan masuk, namun saat dimintai keterangan oleh Argoterkini.com pihak keamanan enggan untuk memberitahu nama pimpinannya tersebut.
Sri Deviyani selaku koordinator masyarakat pejuang zonasi yang bisa masuk ke dalam sekolah terlebih dahulu, mengupayakan agar masyarakat pejuang zonasi dapat bertemu pihak sekolah, namun pihak sekolah tetap tidak memperkenankan masuk.
“Aksi ini kami lakukan sebagai buntut dari ketidaktransparannya panitia PPDB dalam verifikasi,” ujar Sri Deviyani kepada awak media Argoterkini.com, Rabu, 19 Juni 2023.
Berdasarkan temuan masyarakat pejuang zonasi di SMAN 8 Pekanbaru pada beberapa waktu lalu, terdapat kasus Rafael yang dua kali masuk ke dalam perangkingan dengan radius jarak yang berbeda beda. Ada juga kasus rumah kosong yang sudah rusak dijadikan titik koordinat zonasi.
Masyarakat pejuang zonasi yang kecewa mulai mencoba memaksa masuk dengan terus beradu argumen dengan pihak keamanan sekolah, namun perdebatan tersebut dapat diredam saat Sri Deviyani mengarahkan untuk menuju SMAN 1 guna menyampaikan aspirasi lanjutan terkait PPDB tahun 2023.
Saat konferensi pers di depan pagar SMAN 8 yang tertutup rapat, Sri Deviyani menduga terjadi kejanggalan dalam PPDB 2023 ini.
“Kita menemukan kejanggalan persyaratan KK minimal 2 tahun harusnya menjadikan radius makin lebar, ini malah semakin mencurigakan dengan sikap panitia yang semakin tertutup, bahkan menyambut warga dengan mendatangkan pihak kepolisian dan TNI.
“Kalau tidak ada kecurangan kenapa takut,” ujar Sri Deviyani.
Sri Deviyani menjelaskan pada saat dirinya berada di dalam halaman SMAN 8, datang oknum mengaku polisi bernama Diego besama anak perempuannya yang berasal dari SMP Santa Maria, dia mengaku terjebak karena mengurus KK 1 tahun sementara juknis minimal 2 tahun, dan oknum tersebut mengaku diberi kesempatan diterima kepala sekolah pada pukul 10:00 WIB.
“Saya heran ketika saya masih mengorek keterangan dari bapak yang mengaku polisi tersebut, cepat-cepat panitia menyuruhnya masuk ke ruangan. Ada apa ini,” ujar Sri Deviyani dengan nada heran.
Untuk diketahui hingga aksi usai, tidak ada satupun dari pihak sekolah yang menyambangi masyarakat pejuang zonasi.
Penulis : Imam Sabda Wise