Argoterkini.com : Banyak orang memamerkan kemewahan di media sosial, hanya untuk memperlihatkan bahwa orang itu adalah kaya. Kadang orang yang memamerkan kekayaan itu ada yang betul betul kaya, namun ada juga yang kaya bohong bohongan.
Biasanya yang dipamerkan oleh orang yang betul betul kaya atau kaya bohong bohongan bisa berupa jam tangan branded, sepatu branded, tas branded, mobil mewah, rumah mewah, sering naik helikopter, private jet, bepergian keluar negeri, yang diposting oleh seseorang di media sosial untuk menunjukkan dia glamour, mewah, lebih superior dari yang lain namun tanpa disadari, bisa menjadi malapetaka bagi keluarga.
Pamer pamer harta dikenal dengan istilah flexing, bukan hanya dilakukan masyarakat di Indonesia tapi juga banyak juga di luar negeri. Rhenal Khasali memandang flexing ada dilakukan oleh orang kaya bohong bohongan, namun ada juga yang dilakukan oleh orang kaya betulan.
1. Wang Chengcheng, sering memamer kemewahan di media sosial, menggunakan mobil Roll Royce sangat hedon. Sering naik turun helikopter dan dia mengaku sukses bukan karena orang lain. Media sosial dan wartawan menyoroti pekerjaan orang tuanya yang ternyata seorang kepala kepolisian di kota kecil di Tiongkok. Netizen pun semakin ingin mencari tahu mengapa dia sangat hedon, dan selidik punya selidik netizen melihat foto Wang di helikopter yang biasa dia naiki, ternyata terdapat logo kepolisian, dan akhirnya ayahnya yang seorang polisi tersebut diproses hukum akibat menyalahgunakan helicopter yang ada di kepolisian sering digunakan Wang.
2. Oyang yang juga di Tiongkok punya mobil mewah dan tinggal di apartemen. Namun karena sangat hedon, dia membayar satu tempat parkir yang orang lain tidak boleh parkir di sana. Namun suatu hari tempat yang biasa dia parkir dipakai oleh orang lain. Dia sangat marah dan menegur orang yang parkir di sana, ternyata orang tersebut tidak mau memindahkan mobil dari tempat parkir Oyang sehingga terjadi keributan. Ada seorang pria datang ke tempat keributan tersebut. Namun publik aneh siapa pria yang menolong wanita ini. Setelah diusut ternyata si pria adalah seorang pejabat di BUMN. Akhirnya masalah tersebut dilapor ke Komisi Pengawas dan ternyata Oyang adalah istri simpanan si pria yang datang menolong wanita hedon tersebut. Akhirnya si pria diproses hukum.
3. Ada juga seorang ibu marah marah kepada seorang guru, yang mana Si ibu tidak terima karena anaknya dihukum, karena membully kawannya di sekolah. Si ibu tidak terima anaknya dihukum, dan meminta guru tersebut minta maaf ke anaknya dihadapan guru dan kepala sekolah dan semua orang. Si ibu mengancam kalau guru itu tidak mengikuti permintaannya minta maaf ke anaknya, dihadapan seluruh guru dan murid murid lainnya di sekolah, maka Si ibu akan meminta suaminya bernama YanChufeng, Deputy Secretary of Guang’an Municipal Party Committee in Sichuan Province untuk memanggil guru dan kepala sekolah. Sebenarnya dengan jabatan suami Si ibu tersebut, bisa memanggil guru dan kepala sekolah. Namun akhirnya publik mencari tahu status Si ibu dengan suaminya pejabat itu. Ternyata mereka telah bercerai. Namun fakta terungkap
perceraian tersebut adalah siasat dan sebagai modus untuk menyimpan uang. Akhirnya pemerintah mengusut suami Si ibu tadi dengan kasus korupsi dan perceraian bodong.
4. Li Yue seorang wanita memiliki perilaku buruk berkendaraan mewah bermerek Porche, suka ugal ugalan di jalan raya, lampu merah selalu diterobos. Suatu ketika dia bermasalah dengan seorang pria yang ketika itu menampar seorang pria. Pria tersebut ketakutan dengan si wanita ini. Akhirnya publik bertanya siapa suaminya Li Yue, ternyata suaminya adalah seorang pejabat bernama Tong Xiaohua. Biro Keamanan Publik di China melakukan investigasi, dan akhirnya kemudian meminta polisi untuk melakukan investigasi, akhirnya suaminya diberhentikan dan asetnya disita negara.
Kasus kasus di Tiongkok tersebut, bisa menjadi pelajaran bagi kita, karena bisa menjadi babak awal dari pengungkapan kasus kasus penipuan, penggelapan, money laundrying, korupsi dan lainnya
Inilah the law of flexing babak kedua menurut Rhenal khazali :
1. Bila yang dilakukan awam adalah kaya bohong bohongan untuk mencari keuntungan, maka flexing yg dilakukan keluarga pejabat justru menunjukkan ada yang benar benar kaya, akan tetapi biasanya mendadak.
2. Orang yang lama hidup susah (money avoidance) ternyata juga ingin menikmati flexing, namun lebih mencurigakan karena anak terus berganti mobil.
Ternyata tampil kaya di sosial media, telah menjadi kebutuhan (menaikkan pamor & followers)
3. Flexing anak istri pejabat ibarat sumur di lembah yang dilanda hujan deras, dan airnya tumpah berlimpah, bukannya berkah tapi bisa jadi musibah.
4. Itulah “simpenan” yang diumpetin bapak ibu, tetapi dibuka istri atau anak pejabat. Bila ditutupi keluarga, maka dibuka “simpenan” lainnya.
5. Nothing is free. No free meals. Semua ada biaya: hidden price, yaitu fear, problemnya, mereka tak sadar saat mengumpulkannya, sampai tiba waktu untuk membayarnya saat ingin menikmati “benefitnya”- nya.
6. Pejabat pandai menyembunyikan uang dan kekayaan, tetapi mereka tidak sadar saat mengonsumsi atau membelanjakannya.
Aparat penegak hukum kita sudah pandai ketimbang memeriksa sumbernya lebih susah, namun lebih mudah sekarang setelah dilakukan ketika belanja rumah, tanah, mobil, emas, semuanya dilaporkan ke PPATK. Tinggal PPATK mau ngga melaporkannya kepada pihak kepolisian.
7. Pejabat tinggi tiarap, pejabat di bawahnya berpesta merayakan flexing melalui graduation anak anak atau pesta ulang tahun.
Karena media hanya fokus pada pejabat utama yang kuasa, yang kelihatan hidup sederhana.
8. Flexing susah dilarang karena mendapatkan uang dengan cara tak wajar, jauh lebih menggoda dari pada cara cara wajar.
Pejabat yang “mengelola uang besar” merasa itu uang miliknya dan tak pernah merasa cukup.
9. Manusia cenderung ingin terlihat kaya, bukan menjadi kaya sesungguhnya, sehingga flexing is realizing.
10. Mengeluarkan uang untuk “terlihat kaya” berbeda dengan orang kaya yang justru tak ingin mengeluarkan uang agar tak ” terlihat kaya”.
Itu sebabnya mengapa orang yang terlihat ingin kaya menyimpan masalah besar.
11. Menjadi manusia reasonable jauh lebih baik dari pada manusia rasional.
12. Negative influence dari kekayaan yang didapat secara tidak resmi : terisolasi dari komunitas, disrespected, ethics, merusak ikatan masyarakat (karena money is power).
13. Flexing mendisrupsi penyadapan oleh KPK dalam pengungkapan kasus korupsi.
Kalau penyadapan harus izin terlebih dahulu dari pengadilan, aparat harus menelusuri data, dan ternyata ada yang lebih mudah dalam mengungkap kasus korupsi, yaitu melalui anggota anggota keluarga yang membuka aib keluarga, dan ternyata bisa lebih cepat.
Penulis : Budi Candra, SH.,MH, Couselor at Law dan Ketua Pemerhati Jurnalis Siber (PJS) Kota Pekanbaru.